Sabtu, 09 Februari 2013

Lampu TL atau Lampu Flourescent



                           KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr .wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas membuat blog dan saya beri judul
Lampu TL atau Lampu Flourescent. Dalam pembuatan blog ini kami tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada :Teman-teman kami yang telah memberi semangat.
Tidak ada yang dapat kami perbuat untuk membalas budi semua pihak kecuali mendoakan semoga amal baik yang telah diberikan kepada kami termasuk amal shaleh yang diterima di sisi Allah SWT.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan kami. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum wr. wb.

Probolinggo,09 Februari 2013

(Rivanly Marshelino Nongko)

Lampu TL atau Lampu Flourescent

     Dalam bidang penerangan, lampu fluorescent atau dikenal juga dengan lampu TL telah digunakan secara luas baik di dalam industri maupun digunakan oleh rumah tangga. Lampu jenis fluorescent atau lampu TL merupakan jenis lampu yang paling banyak digunakan dari semua jenis lampu yang mempunyai prinsip kerja yang sama yaitu pelepasan muatan listrik.

Lampu fluorescent merupakan lampu jenis lampu yang cukup efisien dalam mengubah energi listrik menjadi energi cahaya, terutama jika dibandingkan dengan lampu jenis kawat pijar. Tetapi dengan semakin mahalnya harga energi listrik , akhir–akhir ini telah banyak diperkenalkan lampu–lampu jenis fluorescent dengan berbagai bentuk dan ukuran yang ternyata cukup hemat akan penggunaan energi listrik. Salah satunya adalah lampu fluorescent dengan ballast kumparan berinti besi.
Lampu fluorescent adalah lampu dengan yang prinsip kerjanya dalam mengubah energi listrik menjadi energi cahaya berdasarkan pada berpendarnya radiasi ultra violet pada permukaan yang dilapisi dengan serbuk fluorescent misalnya jenis phospor. Radiasi ultra violet akan terjadi bilamana elektron–elektron bebas hasil dari emisi elektron pada elektroda bertumbukan dengan atom–atom gas yang terdapat dalam tabung pelepas muatan.
Agar elektroda–elektroda dapat memancarkan elektron, maka perlu bagi elektroda untuk mendapatkan mekanisme pembantu proses tersebut. Pada lampu fluorescent biasa, maka proses emisi elektron ini dilakukan dengan proses pemanasan elektroda–elektroda terlebih dahulu, proses ini dilakukan oleh alat yang kita kenal dengan nama starter (penganjak). Untuk dapat menyala maka lampu tabung fluorescent memerlukan tegangan yang cukup tinggi yaitu kurang lebih 400 Volt, jadi tegangan ini jauh lebih tinggi dari tegangan jala–jala yang tersedia, oleh karena itu fungsi starter selain membantu memanaskan elektroda, juga berfungsi sebagai alat untuk menciptakan tegangan penyalaan bagi lampu.
Jika penyalaan telah selesai dilakukan, arus listrik akan mengalir melalui tabung lampu fluorescent, dan karena tegangan pada starter lebih besar sehingga bimetal pada starter akan terbuka. Oleh karena lampu fluorescent memiliki karakteristik arus - tegangan negatif, artinya tegangan pada lampu akan turun bila arus naik dan sebaliknya tegangan pada lampu akan naik bila arus turun, maka setelah proses penyalaan berlangsung, arus yang lewat pada tabung akan naik sampai tegangan kerja pada lampu tercapai. Tegangan ini jauh lebih rendah dari tegangan jala–jala.
Untuk memelihara tegangan kerja inilah maka pada lampu jenis fluorescent digunakan alat bernama ballast. Fungsi utama dari ballast adalah membatasi besar arus dan mengoperasikan lampu pada karakteristik listrik yang sesuai.
Seperti yang telah dijelaskan didepan, lampu fluorescent banyak digunakan oleh masyarakat karena apabila dibandingkan dengan lampu jenis pijar, maka lampu jenis fluorescent tampak mempunyai efisiensi yang lebih tinggi yaitu dengan besar daya yang sama, diperoleh kuat penerangan yang lebih besar, selain itu pada lampu jenis pijar, banyak energi listrik yang diubah menjadi energi panas saja.
Walaupun lampu jenis fluorescent mempunyai efisiensi lebih tinggi dari pada lampu jenis pijar, tetapi lampu ini masih mempunyai kerugian – kerugian yang cukup berarti yaitu :
Harga lebih mahal, hal ini tidak terlalu menjadi masalah, sebab masih terjangkau oleh masyarakat kalangan tertentu. Memerlukan ballast, dengan adanya ballast ini akan menimbulkan kerugian daya pada ballast sendiri, yang kerugian cukup besar, dan juga rendahnya harga faktor kerja ( Cos φ ) karena pada lampu jenis fluorescent yang konvensional digunakan ballast jenis induktor ( kumparan ).


Karena semakin mahalnya energi listrik, maka dimulailah beberapa cara untuk menghemat energi listrik, sehingga semakin banyak misalnya digunakan lampu – lampu jenis tabung fluorescent karena dianggap lebih efisien dalam mengubah energi listrik menjadi energi cahaya, tetapi kendala timbul setelah digunakan dalam jumlah yang banyak dan beban yang cukup besar mengakibatkan menurunya faktor daya sumber yang berakibat tidak tercapainya jumlah beban dan jumlah daya tersedia dari sumber, akibatnya penggunaan lampu jenis ini akan menurunkan jumlah daya yang tersedia dari sumber, juga kesulitan lain berupa sulit menyala dengan normal pada saat terjadi beban puncak dan menurunya tegangan sumber.
Untuk mengatasi hal ini maka penggunaan lampu jenis fluorescent yang tetap dapat dioperasikan seimbang antara jumlah beban (jumlah lampu) dengan jumlah daya yang tersedia dari sumber. Dengan kata lain kita berusaha agar daerah atau rentangan beban (lampu TL) yang masuk pada sistem mempunyai faktor daya lebih tinggi mendekati faktor daya dari sumber agar tercapai efisiensi penggunaan daya listrik, sehingga akan sama atau mendekati sama antara daya nominal beban dengan daya nominal sumber.
  
Skema Inverter Lampu TL 12 Volt
Sebuah rangkaian inverter sederhana untuk menyalakan Lampu TL Bagi anda yang membutuhkan penerangan yang portabel, aman dan mudah untuk digunakan. Rangkaian TL 12 Volt DC adalah pilihan yang tepat, hal ini karena rangkaian membutuhkan daya yang kecil namun cahaya yang dihasil cukup terang. Komponen dapat dicari dengan mudah di toko terdekat anda dan harganya sangat terjangkau.

Rangkaian Lampu TL (Neon) 12 VDCGambar Inverter Rangkaian Lampu TL 


Daftar komponen untuk menyalakan Lampu TL : 

1. T1 = Trafo 6V/300mA
2. C1 = Elco 100uf 25V
3. C2 & C3 = Kapasitor Ceramic 0.01uf 25V 
4. C4 = Kapasitor Ceramic 0.01uf 1KV
5. R1 = Resistor 1K 1/4W
6. R2 = Resistor 2.7K 1/4W
7. Q1 = MOSFET IRF510
8. U1 = IC 555
9. Lampu TL

 Tips Membuat Lampu TL Mudah Menyala
Sobat masih memiliki lampu TL yang panjang dan sangat memakan tempat itu? Sobat kesulitan menghidupkannya? Mungkin trik ini sudah usang seiring popularitas lampu elektrik yang kian murah dan hemat listrik, namun bagi sobat yang membutuhkan, berikut Blogger Gundul sajikan tips membuat lampu TL mudah menyala.
Dalam tips ini, Blogger Gundul tidak akan menyajikan bagaimana lampu TL bekerja namun bagaimana kita dapat memanfaatkan jenis lampu ini dengan nyaman, tanpa harus repot-repot memencet saklar sedini mungkin agar lampu ini dapat menyala. Terlebih ketika kita tinggal di daerah yang sumber arus listriknya kurang ataupun tidak stabil, menyalakan lampu TL di malam hari akan sangat sulit dan sering hanya berkedip-kedip semata.
Lampu TL sendiri yang dikenal dengan istilah lampu flourecent ini mampu mengubah energi listrik menjadi energi cahaya sehingga menjadi media penerangan yang cukup baik. Komponen utama dari rangkaian lampu ini adalah lampu itu sendiri, kabel, starter, dan ballast atau sering disebut dengan trafo.
Agar lampu TL dapat menyala dengan mudah, disarankan dalam pemasangan rangkaiannya, sobat memilih ballast atau trafo yang ukurannya lebih besar. Ingat, fungsi utama ballast atau trafo adalah membatasi besar arus dan mengoperasikan lampu pada karakteristik listrik yang sesuai sehingga seolah alat ini adalah pemasok utama arus pada lampu TL.
Sebagai contoh, jika sobat memakai lampu TL 10 watt, usahakan memasang ballast sebesar 15 watt atau 20 watt. Hal ini akan mempercepat TL menyala karena arus yang dikeluarkannya besar untuk menggerakkan TL agar cepat bereaksi.

Namun demikian, selisih watt ini harus tidak terlalu besar, menurut pengalaman paling maksimal 2x dari watt lampu, atau untuk TL 10 watt, ballast maksimal harus 20 watt. Hal ini untuk menjaga keawetan lampu karena jika selisihnya terlalu besar, semisal lampu Tl 10 watt diberi ballast 30 watt, lampu akan mudah terbakar, dengan tanda cepat menghitam pada ujungnya.

Itulah tips membuat lampu TL mudah menyala. Untuk daerah yang memiliki arus listrik lemah, tips ini sangat penting agar lampu TL tetap dapat dinyalakan meskipun pada malam hari ketika lampu-lampu lain telah lebih dahulu menyala.

8 komentar:

  1. artikelnya kurang menarik.. karena menjelaskannya tidak rinci.

    BalasHapus
  2. anda benar sekali, kurang menarik

    BalasHapus
  3. tidak ada penjelasan untuk bagian bagian lampu tl nya

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Ketidaksempurnaan adalah keniscayaan nikmati saja keikhlasan berbagi lebih mulia

    BalasHapus
  6. titanium density - Titanium-Arts.com
    In the U.S. Department of Environmental suunto 9 baro titanium Protection, titanium dioxide (CO 2) is a key component of the ozone titanium knee replacement layer. A compound known titanium sheets as a aftershokz trekz titanium precursor of titanium tube ozone

    BalasHapus